Home



Pengertian dari Pariwisata, Kepariwisataan, dan Perjalanan 

Pariwisata serta Jenis Wisatawan

 
Tourism in World

Pariwisata merupakan perjalanan keliling dari suatu tempat ke tempat lain. Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang berakar kata “pari berarti berkeliling atau bersama, dan “wisata” berarti perjalanan.

Kepariwisataan adalah kegiatan jasa yang memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup yang khas, contohnya seperti memanfaatkan hasil budaya, pemandangan alam yang indah, peninggalan sejarah, dan sebagainya.


Perjalanan wisata adalah perjalanan keliling yang memakan waktu lebih dari tiga hari, yang dilakukan sendiri maupun di atur oleh Biro Perjalanan Umum dengan acara meninjau beberapa kota atau tempat baik di dalam maupun di luar negeri.



Adapun jenis wisatawan menurut International Union of Travel Organization (IUOTO) antara lain :

1. Visitor (pengunjung) : Seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu Negara yang bukan Negara tempat ia tinggal, karena suatu alasan dan bukan untuk bekerja.

2. Tourist (wisatawan)   : Pengunjung yang tinggal sementara di suatu tempat paling sedikit 24 jam di negara yang dikunjungi dengan motivasi perjalanannya seperti liburan, kesehatan, studi, olah raga, keagamaan, dan mengunjungi keluarga.

3. Excursionist (pelancong) : Pengunjung sementara di suatu negara tanpa menginap.

Jadi, wisatawan adalah setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan tujuan menikmati perjalanan dan kunjungan yang dilakukan

Profil Kabupaten Bangli


Nama Resmi   : Kabupaten Bangli

Ibukota         : Bangli

Provinsi         : Bali

Luas Wilayah  : 490,71 Km2

Batas Wilayah : Sebelah Utara = Kabupaten Buleleng, Sebelah Selatan = Kabupaten Klungkun, Sebelah Barat = Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung, Sebelah Timur = Kabupaten Karangasem 

Wilayah
Administrasi    : Kecamatan = 04 
                    : Kelurahan  = 04 
                    : Desa         = 68

Jumlah
Penduduk        :  242.932 Jiwa

Website          : http://www.banglikab.go.id



Pulau Bali

Sejarah Singkat


Menurut Prasasti Pura Kehen yang sekarang tersimpan di Pura Kehen, diceritakan bahwa pada zaman dulu di desa Bangli berkembang sebuah wabah penyakit bernama kegeringan yang menyebabkan banyak penduduk meninggal. Penduduk lainnya yang masih hidup dan sehat merasa ketakutan dan berpindah tempat ketempat lain untuk menghindari penyakit tersebut. Akibatnya Desa Bangli menjadi kosong karena tidak ada seorangpun yang tinggal disana.  

Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti Ketana dengan segala upaya berusaha mengatasi wabah tersebut. Setelah keadaan pulih kembali, sang raja memerintahkan kepada putra-putrinya yang bernama Dhana Dewi Ketu agar mengajak penduduk kembali menempati Desa Bangli dan bersama-sama membangun, memperbaiki rumahnya masing-masing sekaligus menyelenggarakan upacara / yadnya pada bulan Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Kadasa, Yjahstha dan Sadha pada tanggal 10 Mei 1204, disamping itu beliau memerintahkan kepada seluruh penduduk agar menambah keturunan dan mengijinkan membabat hutan untuk membuat sawah dan saluran air. Karena hal tersebutlah, pada setiap upacara besar penduduk yang ada di Desa Bangli harus sembahyang.
Pada tanggal 10 Mei 1204, Raja Idha Bhatara Guru Sri Adikunti Katana mengucapkan pemastu yaitu:

“Barang siapa yang tidak tunduk dan melanggar perintah, semoga orang itu disambar petir tanpa hujan atau mendadak jatuh dari titian tanpa sebab, mata buta tanpa catok, setelah mati arwahnya disiksa oleh Yamabala, dilempar dari langit turun jatuh ke dalam api neraka”.

Bertitik tolak dari titah-titah Sang Raja yang dikeluarkan pada tanggal 10 Mei 1204, maka pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Bangli.

Arti Logo

Lambang Daerah Kabupaten Bangli ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Kabupaten Bangli pada tanggal 20 September 1976 Nomor : 8/PERDA/1976 dan disyahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan surat keputusan tanggal 9 September 1977 Nomor : PEM.10/43/39-239.



Lambang Kabupaten Bangli



Lambang Daerah Kabupaten Bangli berbentuk perisai segi lima sama sisi dengan warna dasar hitam bertepi kuning. Didalam perisai segi lima sama sisi tersebut terdapat lukisan-lukisan yang merupakan unsur-unsur lambang, berikut penjelasannya :


·  Lambang Daerah terdiri atas 4 bagian yaitu :

1. Daun Lambang

2. Bagian atas berisi gambar :

    a). Bintang
    b). Sinar

3. Bagian tengah berisi gambar :

   a). Meru
   b). Padi dan Kapas
   c). Gunung dan danau
   d). Candi Bentar (Apit Surang) 
   e). Langit
    f). Rantai

4. Bagian bawah berisi gambar :

   a). Daun Jarak 
   b). Tanah Daratan
   c). Pita 


 ·   Masing-masing bagian disusun, sehingga :

1. Bintang terletak dibagian atas dengan latar belakang Sinar 
2. Meru terletak ditengah-tengah tepat dibawah Bintang dengan pundamen bertuliskan “BANGLI” diapit oleh Candi Bentar dengan latar belakang Gunung dan Danau, Langit Cerah dilingkari dengan Padi dan Kapas serta Rantai dibawahnya.
3. Daun Jarak dengan latar belakang Tanah Daratan dan Pita bertuliskan “BHUKTI MUKTI BHAKTI” yang terletak dibagian bawah.


·  Bentuk Isi dan Warna Lambang

a. Daun Lambang, bentuknya perisai segi lima sama sisi dengan warna dasar hitam bertepi kuning
b. Bintang dan Sinar , bentuknya Bintang bersudut lima dengan warna kuning emas dan Sinar berwarna putih
c. Meru, bentuknya Meru dengan atap bertingkat (tumpang) 9 (Sembilan) berwarna hitam.
d. Candi Bentar (Apit Surang), Berwarna Kuning
e. Gunung, Danau dan Langit : Gunung berwarna biru, Danau berwarna biru muda dengan Tiga riak gelombang berwarna putih dan langit berwarna putih cerah.
f. Padi, Kapas dan Rantai : Padi berwarna kuning, Kapas berwarna hijau dan putih dan Rantai berwarna merah.
g. Daun Jarak berwarna Merah.
h. Pita berwarna merah dengan tepi dan tulisan berwarna kuning. 


Dari setiap bagian, bentuk isi dan warna lambang Daerah Kabupaten Bangli tersebut, mempunyai makna dan arti masing-masing, antara lain :

·  Arti Warna Lambang 

a. Warna Hitam mengandung arti keteguhan/ keabadian (kelanggengan).
b. Warna Putih mengandung arti kesucian.
c. Warna Kuning mengandung arti keluhuran.
d. Warna Biru mengandung arti kejujuran.
e. Warna Hijau mengandung arti kemakmuran.
f. Warna Merah mengandung arti keberanian.


·  Makna dan Arti Lambang 

a. Daun Lambang melambangkan Dasar Falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila, dimana daerah merupakan bagian wilayahnya.
b. Bintang melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Daun Lambang melambangkan Dasar Falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila, dimana daerah merupakan bagian wilayahnya. 
c. Sinar dan Langit melambangkan kecerahan dan kecemerlangan. 
d. Meru melambangkan wujud keagamaan / adat istiadat. 
e. Candi Bentar (Apit Surang) melambangkan kebudayaan. 
f. Gunung, Danau, Daratan, Padi dan Kapas melambangkan keadaan alam dan kemakmuran, sedangkan Gelombang Air Danau melambangkan gerak yang dinamis.
g. Rantai melambangkan persatuan. 
h. Daun Jarak melambangkan sejarah dan lahirnya nama Bangli. 
i. Dasar Meru bertuliskan “BHUKTI MUKTI BHAKTI” melambangkan suatu pengabdian berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tanah Air (Negara / Daerah) untuk mewujudkan cita-cita luhur yaitu masyarakat adil dan makmur secara lahiriah (bhukti) maupun batiniah (mukti) 

Jumlah bilangan pada sisi lambang mempunyai ketentuan antara lain : 

1. Kapas berjumlah tujuh belas (17) 
2. Rantai berjumlah delapan (8) 
3. Bintang berjumlah satu (1) 
4. Tingkatan Atap Meru berjumlah Sembilan (9) 
5. Butiran-butiran padi berjumlah empat puluh lima (45) 

Sehingga rangkaian bilangan diatas bermakna hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yaitu tanggal 17-8-1945. 

Sehingga Lambang Daerah Kabupaten Bangli melukiskan : 

“Dengan berdasarkan Falsafah Pancasila sebagai landasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana Rakyat Daerah Kabupaten Bangli dengan segala aktifitas gerak yang dinamis terus maju demi pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tanah Air (Negara /  Daerah) untuk mewujudkan cita-cita luhur yang lebih cerah yaitu terciptanya masyarakat adil dan makmur baik lahiriah maupun batiniah”.

No comments:

Post a Comment